setelah rasa sakit itu lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan. Setelah cukup lama, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, pak Arifin berkata, “Non Eliza, non suka peju ya? Bokep indo aku nantiiii…. masih ada satu setengah jam lagi, aku menyiapkan seragamku, putih abu abu. Aku heran dan menduga duga ke mana ia mau membawaku, sambil mulai memperhatikan keadaanku. Kokoku tertawa dan menggodaku, “Iya me. Lalu aku memakai baju santai, dan turun ke ruang makan. “Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat. Pak Arifin menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku dan menimpali, “Kita ini benar benar beruntung bisa kerja di sini. Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam 09:30. “Non, kakaknya non sudah pulang. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Non Eliza sendiri kan yang minta? Kami kan juga harus kerja membersihkan bagian luar rumah Non…”. Ia memang perkasa untuk urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Mereka tertawa senang sementara aku yang antara malu bercampur
