Dikeluarkannya uang satu juta keparat itu dari kantongnya lalu diserahkan kepada Dewi, dan secepatnya keluar. Tubuh kedua orang itu bermandikan keringat. Bokepindo Kalau yang lagi merokok itu sudah senior. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur lalu mengambil sesuatu dari tasnya. “Langsung boleh!” Windu berusaha mengendalikan kegelisahannya. Begitu dirasakannya sudah berada di posisi yang pas, si mungil menekan pinggulnya ke bawah dengan keras. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur lalu mengambil sesuatu dari tasnya. Dari wajahnya, Windu menaksir usianya yang paling baru sekitar 18-an. enak kok…! Sesosok tubuh tinggi semampai sedang berdiri di dekat halte sambil tersenyum padanya. Entah mengapa panggilan “mas” itu membuatnya terangsang. Bisa tawar-tawaran kok, pak..! Jangan tegang dong, mas… Santai aja.” Windu tidak tahu harus berkata apa. Sesekali si mungil nyeletuk dengan kata-kata nakalnya. Alasannya akan dipakai les komputer. “Wi… buat aku doong!” beberapa di antara mereka menegur si resepsionis yang ternyata bernama Dewi. Windu memejamkan mata berusaha mengusir wajah kedua orang itu.
