Hari berangsur gelap.“Pengumuman, bapak ibu. Bokep montok Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana menjadi begitu sepi. Di dalam mulut seorang ibu. Aku menurut. Dia kemudian menahan tanganku. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Tampaknya keluarga berada. Aku jengkel banget.Hujan mulai turun. Tapi itu dulu.Hampa kadang terasa. Aku turuti. Meremas pangkal dadanya. Dia menahan tanganku.“Jangan … “Aku nekat.“Jangan …” Ok. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Kami berpandangan sebentar. Asap bus benar-benar menyesakkan. Ini nikmat sekali. Pelaaan sekali. OOoh, mantab.“Besar …..,” desisnya. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Tanganku berhenti di situ. Aku melirik jamku. Tanganku berubah posisi, mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. memastikan. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Tapi bukan itu alasannya. Aku terkejut.Ternyata itu bukan kaki anak kecil. Aku membayangkan bentuknya. Memejamkan mata.Lama sekali.




















