Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Bokep hijab Seakan sengaja memainkan Si Junior. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Tunggu apa lagi. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Sudahlah. Aku jelas mendengarnya dari sini.Kembali ruangan sepi. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Lalu dikocok-kocok sebentar. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Apa katanya nanti? “Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Sekarang sudah lebih lancar. Toh masih ada hari esok.Aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..!




















