Bodoh amat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Bokep hijab Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Toh masih ada hari esok.Aku bergegas naik angkot yang melintas. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.“Dik.., jangan dibuka lebar. Aku memegang teteknya. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? Ah bodoh. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bergantian Wien kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Ciut. Aku terlambat setengah jam. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Ah bodoh. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka? Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Lalu asyik membuka tabloid.
