Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Bokep hijab Satu dua, satu dua. Aku terlambat setengah jam.Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Toh masih ada hari esok.Aku bergegas naik angkot yang melintas. Sial. Yes. Aku masih mematung. Ada cairan putih di celana dalamku.Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Sekali. Nafasnya tercium hidungku. Ah. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing.Dari atas: Turun. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Junior berdenyut-denyut. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Si Junior melemah. Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Ia tidak lagi dingin dan ketus.Kalau saja, tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang, ia sudah




















