Ayo..!Aku masih diam saja. Bokep jilbab Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Cuaca ibu kota membuatku panas saat menaiki angkutan umum, bentar lagi sampai di kantor, dan aku berdiri di pintu untuk mendapat angin masuk kedalam angkot, pekerjaan di kantor aku kerjakan di rumah supaya cepat selesai dan tidak menumpuk, sambil ngalamun aku di bentak ama seseorang untuk menutup jendela yang ada disampingku,“Dik.., jangan dibuka lebar. Kring..!“Mbak Hawin, telepon.” kataku.Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.“Besar ya..?” ujarnya.Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Ia tersenyum ramah. Nampak ada perubahan besar pada Hawin. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut.Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Aku masih mematung. Mengapa kancing baju cuma tujuh?Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di
