Akhirnya aku membayar belanjaan Sari. Sementara rasa nikmat menyelimuti bawah badanku, deg-degan juga dengan kondisi yang “aneh” ini. Bokepindo Sari bukannya mempercepat, malah melepas. Kepalanya naik turun di pangkuanku. Jelas aku mencatat nomor teleponnya. Aku penasaran! Sari cepat-cepat mengancingkan kemejanya, kutangnya belum sempat dibereskan. “Ke mana Mas..”, tanya Sari ketika aku menghidupkan lampu sein ke kanan mau masuk ke Hotel GE.”Kita cari tempat santai..”, jawabku.”Jangan ah. Rupanya Sari berpikiran sama. Tentu ini ada “ongkosnya”, yaitu aku tak pernah minta uang kembalian.Agar bisa bebas menjamah, aku pilih waktu yang tepat jika ingin membeli sesuatu. Syukurlah. Sari cepat-cepat mengancingkan kemejanya, kutangnya belum sempat dibereskan. “Hee.., stop.., stop Mas..”, serunya. Bu Maya (sebut saja begitu) kawan sekerjanya yang telah berkeluarga ada di sampingnya. Walaupun jam kerja resmiku sampai pukul 17, tapi aku jarang bisa pulang tepat waktu. Aku harus bisa membawanya, menggeluti tubuhnya yang padat mulus, lalu merasakan vaginanya.




















