“Chie…” erangku tertahan, mataku terpejam. XNXX bokep Huh? Meninggalkan Jay. Seandainya aku…Surabaya, awal Juni 1999Persiapan ujian benar-benar membuat kami sibuk. Kuulurkan tanganku ke sela jeruji pagar, menarik pipinya, membuatnya mengerang, membuka pagar dan memukuli pundakku.“Ray, bagaimana menurutmu tentang keperawanan?” Ahk. Bukan gadis yang berhak masuk dalam katalogku. Itukah sebabnya kamu diam saja mendengar selorohanku tempo hari? “Hei! Dan kubiarkan Jay larut dalam lamunannya. Oh dia ada di sini, ke sini saja. Wajahnya melukiskan kebahagiaan dan ketenangan. Inilah kita.”
Aku tak mau menoleh. Oh dia ada di sini, ke sini saja. Akhirnya kami bersepakat untuk mengabaikan Chie yang kemudian mengamuk dan memutuskan untuk mengikrarkan tali persahabatan antara kami bertiga. Kunikmati kehangatan liang kemaluannya saat batang kemaluanku menyesakinya, menggerak-gerakkan pinggulku, meresapi segala rasa yang dihadirkannya dalam sanubariku. Waktu itu Jay juga sedang mengejar Chie. “Kenapa tidak terus, Ray?”
“Aku… aku akan membiarkanmu dalam dosa-dosamu.”Kulangkahkan kakiku meninggalkannya. Nyaris saja kopi susu itu keluar dari mulutku dan membasahi foto copy makalah di atas meja.




















