Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi. Bokep mom Ia terus mengelap pahaku. Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Dadaku mulai berdegup lagi. Kali ini dengan telapak tangan. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Hitam. Ah sialan. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Sekali. Aku hanya main dengan tangan. Aku masih termangu. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Aku tidak berani menatap wajahnya. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Sudahlah. Aku harus memulai. Sampai ia selesai




















