Mukanya memerah. Suara aneh itu masih terus memanggil. Bokepindo Dicobanya meremas-remas, tetapi tidak ada pengaruhnya. “Bangsat! Perlahan si mungil menarik turun celana pendek yang dipakai Windu. Ia membalikkan badan dan telentang di atas ranjang. Ia tidak ingat lagi apakah ia mulai terangsang atau tidak. Nafasnya masih memburu, di sela-sela isak tangisnya. Paling jadi tegang yang lain…” si mungil mulai nakal dengan ucapannya, sambil memperkeras pijatannya di punggung Windu. Dadanya berdetak keras. Kelebatan wajah ibu dan ayahnya kembali muncul. Si mungil kembali naik ke tempat tidur. Sesuatu mulai terasa mendesak ingin keluar dari dalam dirinya.“Pegel ah mas tangan Titi… Sini balik badannya…”
Windu menurut. Nafsunya bercampur rasa gugup. Payudaranya berayun-ayun mengikuti gerakan tubuhnya. “Itu Wiwit, anak Malang. Di sebelah kanan ada tangga kayu yang menuju ke atas, sementara di dekat anak tangga, sejumlah wanita dengan dandanan menor sedang duduk sambil ngobrol.




















