Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu.“Tahan ya sayang…engh..”“Aduh… sakiiit mass…”“Egh… rileks aja….”“Mas… aah!!!” Maya menjambak rambutku dengan liar.Slup… batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Maya yang masih sempit. XNXX jepang Malu yah…”Maya melirik ke arahku dengan manja. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Aku tarik kembali penisku. Merulang-ulang kali Nancy menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Merah merona, vagina yang masih perawan.Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood.Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Maya datang menghampiriku.“Lagi nggak ngapel nih, Mas Ivan?” sapanya ramah (perlu diketahui kalau Maya memang orangnya ramah banget)“Ngapel sama siapa, May?” jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.“Ah… Mas Ivan ini pura-pura lupa sama pacarnya.”Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Maya cuman pakai kulot sebatas lutut).




















