Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Bokep barat Si Junior sudah mengeras. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Aku hanya main dengan tangan. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Wajahku mulai panas. Atau apalah? Baru saja aku memasang ikat pinggang, Hawin menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.“Terima kasih,” ujarnya ringan.Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”Aku langsung beres-beres dan pulang.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Ah bodoh. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya
